4. Memberi dukungan serta cepat bereaksi terhadap kebutuhan ibu, pasangan dan keluarganya selama persalinan dan kelahiran bayi.
3. Contoh Jurnal
1. Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012
STUDI DESKRIPTIF PENDAMPINGAN DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP
PENGURANGAN RASA NYERI PADA IBU BERSALIN KALA I DI RS PANTI
WILASA CITARUM SEMARANG
Ruri Astuti
Dr. Bagoes Widjanarko, MPH, MA
Hanna Yuanita Dana Santoso, MMID
Abstract
Background:
While entering the time of delivery, a mother usually overwhelmed
by feelings of fear, worry, or anxiety, especially in primiparous mothers. Those
feelings can increase the pain, the muscles become tense, and mother become
tired quickly, which in turn inhibits the delivery process. Supportive care during
labor means to be active and participate in ongoing activities. Support in labor
may be provided by midwives and the people arround the mother. The presence
of continuous mentoring has several benefits: 1) Reduce forceps, vacuum, or
sectio Caesaria during labor, 2) Reduce Apgar score <7, 3) The duration of labor
is becoming increasingly shorter, 4) Greater maternal satisfaction in experience of
childbirth
Aim (s) : This study aimed to find a desciptive of husbands’s in support in
reducing maternal pain, as well as maternal responses to the reduction of pain.
Method : This study used a cross sectional approach. The sampling method used
in this study was accidental sampling. Accidental sampling was done by husband
who where at the place by accident.
Result : The study found that most respondents in the category of middle
adulthood was 90%. Number of respondents were 55% primiparous and 55%
multipara. Respondents studying Senior High School were 55% and 45% college
educated. Respondents who worked 55%. Husbands who accompanied and
supported againts pain of labor reducing were 100% of respondents with an
average of 9-12 treatments provided. Respondents felt comfortable with the
threatment of their husbands. Respondent said that there was a reducing pain,
many support, and got more energy. All respondents agreed that there was a pain
of labor reducing with the supports of their husbands. The support which most
helpful to reducing pain was massaging the back as much as 55%
Conclusion :The study found that 100% or 20 respondents gave a husbands’s
support towards the reduction of pain and 100% or 20 respondents said that the
reduction of pain and the respondents felt comfortable with pain of labor reducing
the support and threatment of husbands.
Keywords :
Pain of Labor Bibliography : 28 books Descriptions : Researcher,
Leader I, Leader III
Kerangka Pemikiran
Persalinan dan kelahiran adalah
akhir kehamilan dan titik dimulainya
kehidupan diluar rahim bagi bayi baru
lahir. Pada proses persalinan dibagi
dalam empat kala atau fase. Fase
persalinan aktif ada tiga kala yaitu
kala I, kala II, dan kala III. Persalinan
merupakan proses pergerakan
keluarnya janin, plasenta, dan
membran dari dalam rahim melalui
jalan lahir. Proses ini berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks
sebagai akibat kontraksi uterus
dengan frekuensi, durasi, dan
kekuatan yang teratur.
Peran penting dari penolong
persalinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin
terjadi pada ibu dan janin, dalam hal
ini tergantung dari kemampuan dan
kesiapan penolong saat proses
persalinan.
Terdapat lima kebutuhan
dasar bagi wanita yang sedang
mengalami proses persalinan. Lima
kebutuhan dasar tersebut adalah:
a.Asuhan fisik dan psikologis,
b.Kehadiran seorang pendamping
secara terus menerus,
c.Pengurangan
rasa sakit,
d.Penerimaan atas sikap
dan perilakunya.
e.Informasi dan
kepastian tentang hasil persalinan
yang aman.
Pada saat memasuki masa
persalinan, seorang ibu akan diliputi
perasaan takut, khawatir, atau
kecemasan, terutama pada ibu
primipara. Perasaan takut bisa
meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi
tegang, dan ibu menjadi cepat lelah,
yang pada akhirnya menghambat
proses persalinan. Asuhan yang
sifatnya mendukung selama
persalinan merupakan suatu standar
pelayanan kebidanan. Asuhan yang
mendukung berarti bersifat aktif dan
turut serta dalam kegiatan yang
sedang berlangsung. Apabila bidan
dalam keadaan sibuk, dukungan
dalam persalinan dapat diberikan oleh
orang-orang terdekat pada ibu.
Kehadiran pendampingan secara
terus menerus memiliki manfaat:
1). Kelahiran dengan tindakan (forceps,
vacuum, maupun sectio caesaria)
menjadi berkurang,
2). APGAR skor <7
berkurang,
3). Lamanya persalinan
menjadi semakin pendek, 4)Kepuasan
ibu yang semakin besar dalam
pengalaman melahirkan mereka.
Salah satu prinsip dasar asuhan
sayang ibu adalah mengikutsertakan
suami dan keluarga selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Kondisi
emosional ibu menjelang persalinan
sangat labil. Kegelisahan dan
ketidaknyamanan ibu mencapai
puncaknya. Kehadiran seorang
pendamping akan memberikan
kontribusi yang baik dalam proses
persalinan. Dukungan yang diberikan
seorang pendamping akan
memberikan rasa nyaman kepada ibu.
Bidan atau tenaga kesehatan lain
hanya memfasilitasi pendamping
persalinan dan ibu, agar persalinan
dapat berjalan lancar.
Kehadiran seorang pendamping
persalinan khususnya suami
memberikan sedikitnya tiga peran
terhadap proses persalinan ibu. Peran
yang pertama adalah sebagai pelatih,
di mana seorang suami mendampingi
dan membantu ibu selama dan
sesudah kontraksi persalinan. Peran
yang kedua adalah sebagai teman
satu tim yang membantu memenuhi
kebutuhan yang diharapkan ibu,
seperti kebutuhan dukungan fisik dan
psikologis. Peran yang ketiga adalah
sebagai saksi, maksudnya suami
menjadi saksi proses persalinan ibu
sampai kelahiran bayi.
Manfaat dari pendampingan
suami selama proses persalinan
antara lain adalah:
1)Memberi rasa
tenang dan menguatkan psikis bagi
ibu, karena suami adalah orang
terdekat yang dapat memberikan rasa
aman dan tenang yang diharapkan
ibu saat bersalin. Di tengah kondisi
yang tidak nyaman, ibu memerlukan
pegangan, dukungan, dan semangat
untuk mengurangi kecemasan dan
ketakutannya,
2)Menambah kedekatan
emosi suami-istri, karena suami akan
melihat sendiri perjuangan hidup dan
mati ibu saat melahirkan anak
mereka, sehingga membuatnya
semakin sayang kepada istrinya,
3)Suami selalu ada saat dibutuhkan,
4)Menumbuhkan naluri kebapakan
dalam diri suami ibu, 5)Suami akan
lebih menghargai istri dan menjaga
perilakunya terhadap istri, setelah
melihat pengorbanan istri saat
persalinan.
Metode Penelitian
Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel tunggal
yaitu dukungan suami terhadap
pengurangan rasa nyeri ibu bersalin
pada kala I. Variabel penunjang lain
yang mendukung dukungan suami
adalah pendidikan suami dan
pekerjaan suami, serta karakteristik
dari ibu yaitu umur, paritas,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan
respon ibu terhadap dukungan suami.
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian
survei deskriptif. Penelitian ini
dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah pengumpulan data,
klasifikasi pengolahan/analisis data,
membuat kesimpulan, dan laporan.
Penelitian ini menggunakan
pendekatan secara cross sectional.
Survey cross sectional ialah suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor risiko
dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi, atau
pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (point time approach).
Populasi Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu bersalin
spontan di Ruang Bersalin RS Panti
Wilasa Citarum Semarang sejumlah
52 ibu. Sampel Sampel dari penelitian
ini adalah ibu bersalin spontan yang
ditemani suami di Ruang Bersalin RS
Panti Wilasa Citarum Semarang
sejumlah 20 ibu.
Teknik pengambilan sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah
accidental sampling. Pengambilan
sampel secara accidental dilakukan
dengan kasus atau responden yang
kebetulan ada.
Data Primer didapat melalui
observasi atau pengamatan langsung
dengan checklist dan wawancara
terhadap responden setelah bersalin.
Data sekunder pada penelitian ini
berasal dari data rekam medik pasien.
Kuesioner digunakan sebagai
lembar pernyataan ibu atau lembar
identitas ibu dan sebagai acuan untuk
wawancara yang dilakukan terhadap
ibu pasca bersalin untuk mengetahui
keadaan yang ibu alami saat bersalin
terhadap perlakuan suami. Checklist
digunakan untuk pengamatan
perlakuan suami pada pengurangan
rasa nyeri persalinan kala I dan
respon ibu terhadap perlakuan suami.
Data diolah dan dianalisis secara
univariate yang dilakukan terhadap
tiap variabel. Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini
menggunakan proses berpikir induktif,
artinya dalam pengujian hipotesishipotesis
bertitik tolak dari data yang
terkumpul kemudian disimpulkan.
Analisis data pada penelitian ini
menggunakan tabel yang bisa
menjelaskan gambaran bentuk
dukungan suami terhadap
pengurangan rasa nyeri ibu bersalin
pada kala I.
Hasil Penelitian
Jumlah responden yang masuk dalam
golongan 21 tahun sampai kurang
dari 35 tahun sebesar 18 responden,
sedangkan golongan umur 35 tahun
sampai kurang dari 45 tahun sebesar
2 responden. Sebagian besar
responden yang peneliti ambil adalah
golongan melahirkan dua sampai lima
kali sebanyak 11 responden (55%),
paling banyak melahirkan kedua dan
ketiga kalinya kalinya. Jumlah ibu
bersalin pertama kali adalah 9
responden (45%) dan ada satu
responden yang melahirkan kelima
kalinya.
Tingkat pendidikan yang paling
rendah adalah SMA atau SMK.
Jumlah responden yang
berpendidikan SMA atau SMK adalah
11 responden. Jumlah suami
responden yang berpendidikan SMA
atau SMK dengan akademi atau
perguruan tinggi masing-masing 10
responden.
Ibu tidak bekerja yaitu sejumlah 9
responden, karyawan swasta
sejumlah 7 responden, PNS dan
wiraswasta masing-masing sejumlah
2 responden. Hasil penelitian
mengenai pekerjaan suami
responden, didapatkan bahwa 16
suami responden berkerja sebagai
karyawan swasta dan 4 suami
responden bekerja sebagai
wiraswasta.
Dukungan suami yang diberikan
kepada ibu bersalin kala I meliputi 13
tindakan. Tindakan tersebut antara
lain adalah suami membelai rambut
ibu, mengusap keringat ibu, suami
mencium ibu, menggenggam tangan
ibu, memijat punggung ibu,
memberikan makan dan minum,
membantu mengubah posisi ibu,
menenangkan ibu dengan kata-kata
penyemangat, suami mengkompres
punggung ibu dengan air hangat atau
air dingin, menceritakan hal-hal yang
menyenangkan kepada ibu,
memutarkan musik yang
menenangkan ibu, menunjukkan
gambar yang menangkan ibu, dan
suami mendampingi ibu berjalanjalan.
Secara umum sebagian besar
melakukan beberapa perlakuan dan
ada yang tidak melakukan beberapa
perlakuan pengurangan rasa nyeri.
Tabel. 2.1. Distribusi jumlah perlakuan
suami pada responden
Tindakan yang paling sering
dilakukan oleh suami adalah suami
membelai rambut ibu, mengusap
keringat ibu, mencium ibu, suami
menggenggam tangan ibu, memijat
punggung ibu, memberikan makan
dan minum, membantu mengubah
posisi ibu, menenangkan ibu dengan
kata-kata penyemangat, dan ada
beberapa suami memutarkan ibu
musik yang menenangkan.
Tabel. 2.2. Distribusi berdasarkan
dukungan suami
Data dari hasil pengamatan dan
wawancara ibu didapatkan bahwa
semua ibu merasa nyaman dengan
dukungan yang suami ibu berikan
untuk mengurangi rasa nyeri ibu
bersalin kala I. Jumlah respon yang
didapatkan antara lain; ibu tertidur
dengan adanya dukunguan suami
adalah 19 responden, ibu yang
menangis dan berteriak kesakitan
masing-masing adalah 1 responden.
Semua responden merasa nyaman
dengan dukungan suami dengan
alasan bahwa dengan dukungan
Jumlah
Perlakuan
Frekuensi
10 7 (35%)
11 2 (10%)
8 3 (15%)
9 8 (40%)
20 (100%)
No Dukungan Frekuensi
1 Membelai 20
(100%)
2 Mengusap keringat 19 (95%)
3 Memijat 18 (90%)
4 Menggenggam
tangan
20
(100%)
5 Mencium 17 (85%)
6 Memberi makan dan
minum
20
(100%)
7 Mengganti posisi 20
(100%)
8 Memberi semangat 19 (95%)
9 Mengkompres
punggung
0 (0%)
10 Menceritakan hal
menyenangkan 5 (25%)
11 Memutarkan musik 4 (20%)
12 Melihatkan gambar 0 (0%)
13
Mendampingi
berjalan-jalan 6 (30%)
suami ibu merasa tidak sendiri,
mempunyai semangat dan tenaga
yang lebih, dan ada yang
memperhatikan.
Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan terhadap 20 ibu
bersalin, Semua responden
mengatakan ada pengurangan rasa
nyeri saat suami memberikan
dukungan. Perlakuan yang menurut
ibu memberikan pengaruh yang besar
terhadap pengurangan rasa nyeri ibu
bersalin kala I adalah memijat
punggung ibu, suami membelai
rambut ibu, dan suami menggenggam
tangan ibu.
Tabel. 2.3 Distribusi perlakuan suami
yang membantu mengurangi rasa
nyeri responden
Pembahasan
Jenis dukungan yang suami
berikan sesuai dengan teori
penatalaksanaan non farmakologik
pengurangan rasa nyeri di buku
Keperawatan Maternitas dengan
penulis Bobak, Lowdermilk, dan
Jensen mengenai pendekatan yang
dilakukan suami untuk mengurangi
rasa nyeri ibu bersalin serta buku
Hipnostetri, Rileks, Nyaman, dan
Aman saat Hamil dan Melahirkan
dengan penulis Yessy Aprilia. Jumlah
dukungan yang diberikan berbeda
pada masing-masing responden.
Sebagian besar suami responden
memberikan 9 sampai 11 perlakuan
kepada respoden dari total 13
perlakuan yang mungkin muncul.
Tindakan membelai memberikan
ketenangan responden dalam
menghadapi persalinan memiliki
makna bahwa suami setia
mendampingi responden dan
menerima atas sikap reponden.
Tindakan memberikan makanan dan
minuman memberikan suplai energi
kepada responden, selain kebutuhan
akan nutrisi dan cairan selama
persalinan kala I terpenuhi. Penelitian
yang dilakukan oleh Tatik Indrawati
dengan judul Metode Pengurangan
Rasa Nyeri pada Kala I Persalinan
Normal dan Efeknya di BPS Kota
Semarang mengatakan bahwa
mengganti posisi responden dalam
persalinan memiliki efek pengurangan
rasa nyeri bersalin. Dukungan suami
yang tidak pernah dilakukan terhadap
20 responden adalah bentuk
dukungan memperlihatkan gambargambar
yang membuat ibu tenang
dan mengkompres punggung ibu.
Sebagian besar responden
mengatakan belum tahu mengenai
beberapa teknik pengurangan rasa
nyeri. Sementara hanya tiga
responden yang pernah membaca
buku mengenai teknik pengurangan
rasa nyeri ibu bersalin.
Hasil wawancara yang dilakukan
kepada responden menunjukkan
bahwa responden merasa nyaman
dan ada energi lebih ketika dukungan
suami diberikan. Responden merasa
tidak sendiri ketika bersalin karena
ada yang memperhatikan dan
memberikan semangat. Marie
Mongan dalam buku Metode
Melahirkan Secara Aman, Mudah,
dan Nyaman menuliskan bahwa rasa
sakit melahirkan adalah mitos. Ia
membuktikan bahwa sakit melahirkan
tidak akan terjadi jika ibu tidak
memiliki rasa takut, dan menyambut
prosesnya dengan kenikmatan.
Menurut teori di buku
Perlakuan Suami Frekuensi
Membelai 6 (30%)
Menggenggam tangan 3 (15%)
Memijat punggung 11 (55%)
20 (100%)
Keperawatan Maternitas dan buku
Hipnostetri, Rileks, Nyaman, dan
Aman saat Hamil dan Melahirkan,
pengurangan rasa nyeri ibu bersalin
dapat diatasi dengan pendekatan
secara nonfarmakologik. Salah satu
pendekatan tersebut dengan adanya
dukungan dan pendampingan suami
guna mengurangi rasa nyeri ibu
bersalin.
Hasil wawancara yang telah
dilakukan penulis terhadap responden
ibu bersalin kala I didapatkan bahwa
dukungan suami yang memberikan
pengaruh yang besar terhadap
pengurangan rasa nyeri ibu adalah
saat suami memijat punggung ibu. Ibu
merasa dengan pijatan yang
dilakukan suami, rasa nyeri menurun
dan ibu merasa ada tambahan tenaga
semangat dalam menjalani proses
persalinannya. Hasil ini sama dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rini Hariani Ratih dengan judul
“Pengaruh Metode Massage terhadap
Pengurangan Intensitas Nyeri pada
Persalinan kala I di Klinik Bersalin
Fatimah Ali I Marindal Medan” yang
menyatakan bahwa ada perbedaan
intensitas nyeri saat sebelum
dilakukan pemijatan dengan yang
sudah dilakukan pemijatan, setelah
dilakukan pemijatan, intensitas nyeri
berkurang. Selain adanya
pengurangan rasa nyeri, ibu merasa
nyaman dengan pendampingan dan
dukungan suami yang diberikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Tatik
Indrawati dengan judul Metode
Pengurangan Rasa Nyeri pada Kala I
Persalinan Normal dan Efeknya di
BPS Kota Semarang, sebagian besar
alasan ibu menyatakan nyaman
dengan tindakan suami adalah karena
ibu merasa tidak sendiri, ada
semangat dan dukungan untuk
berjuang, ibu tidak cemas dalam
menghadapi proses persalinannya.
Kesimpulan
1. Umur responden sebagian besar
masuk dalam kategori dewasa
madya dan masa reproduksi yaitu
sebesar 90%.
2. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti didapatkan hasil
bahwa 45% merupakan primipara
dan 55% merupakan multipara.
3. Tingkat Pendidikan responden
sebagian besar adalah SMA/SMK
sebesar 55% dan 45%
berpendidikan akademi/perguruan
tinggi. Suami responden 50%
berpendidikan SMA/SMK dan
sebagian adalah
akademi/perguruan tinggi.
4. Sebagian besar responden tidak
bekerja, yaitu sebesar 55% dan
sisanya bekerja. Suami responden
100% bekerja.
5. Semua suami responden
menemani dengan memberikan
dukungan serta semangat. Besar
persentase pendampingan suami
yang memberikan dukungan
adalah 100%. Bentuk dukungan
yang paling sering diberikan
meliputi suami membelai rambut
ibu, memberikan ibu makan dan
minum, membantu ibu mengganti
posisi.
6. Berdasarkanhasil pengamatan,
suami memberikan 9-11 perlakuan
kepada ibu yang membantu
mengurangi rasa nyeri saat
bersalin.
7. Ibu merasakan nyaman dengan
dukungan yang diberikan oleh
suami. Alasan ibu merasa nyaman
dengan dukungan suami adalah
ibu merasa tidak sendiri dalam
menghadapi persalinannya, ibu
ada tambahan energi dari
dukungan yang diberikan, dan ibu
lebih semangat. Sebagian besar
respon ibu terhadap dukungan
suami adalah ibu bisa tertidur.
8. Semua responden merasakan ada
pengurangan rasa nyeri saat suami
memberikan dukungan. Bentuk
dukungan yang memberikan
pengaruh besar dengan terhadap
pengurangan rasa nyeri ibu
bersalin adalah saat suami memijat
punggung ibu, dengan persentase
sebesar 55%.
Saran :
1. Bagi Suami Suami diharapkan
mendampingi dan mendukung ibu
saat bersalin, disamping dukungan
moral yang diberikan,
pendampingan dan dukungan
suami memiliki peran besar
terhadap pengurangan rasa nyeri
ibu bersalin.
2. Bagi Tenaga Kesehatan Asuhan
yang diberikan kepada ibu bersalin
hendaknya lebih ditingkatkan lagi,
terkhusus mengikutsertakan
pendampingan suami, supaya ibu
lebih semangat dan tidak khawatir
dalam menghadapi proses
persalinannya. Pendampingan dan
dukungan suami juga sesuai
dengan Asuhan Sayang Ibu
Bersalin yang bertujuan untuk
menekan angka mortalitas dan
mordibitas ibu bersalin.
3. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini
banyak kekurangan, saya berharap
peneliti lain yang akan mengambil
penelitian dengan pokok bahasan
pengurangan rasa nyeri ibu
bersalin dapat menghubungkan
berbagai teknik pengurangan rasa
nyeri ibu bersalin dengan efek yang
dirasakan. Penelitian dapat
dilakukan dengan metode
eksperimental.
Daftar Pustaka
PrawirohardjoS. Ilmu kebidanan.
Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo;2009.
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012
Sulistyaningsih.Metodologi
penelitian kebidanan kuantitatifkualitatif.
Yogyakarta: Graha
Ilmu;2011.
Tatik I. Metode pengurangan rasa
nyeri pada kala I persalinan
normal dan efeknya di BPS Kota
Semarang. [Diakses tanggal 29
Mei 2012]. Didapat dari:
http://jurnal.abdihusada.com/index
.php/jdk/article/view/5/5.
2. Analisis Kelayakan Rujukan Persalinan Oleh Bidan Puskesmas PONED Di RSUD Pirngadi Medan 2012
Rumita Ena Sari
ABSTRAK
Latar Belakang: Kelayakan rujukan oleh bidan PONED harus dipelajari. Kelayakan rujukan mengantarkan ibu yang mengindikasikan keadaan darurat medis oleh bidan. Kelayakan rujukan harus sesuai antara Puskesmas PONED dan Diagnostik Rumah Sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan rujukan oleh bidan PONED di Rumah Sakit Pirngadi Medan tahun 2012.
Metoda: Ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua kasus rujukan yang dirujuk ke Rumah Sakit Pirngadi sebanyak 136 kasus dan dilengkapi informasi dari 17 bidan di 6 Puskesmas PONED, dan menggunakan pendapat obgyn. Data menggunakan kuesioner, daftar periksa, dan rekam medik.
Hasilnya: Ada 106 kasus rujukan yang dimaksud dan rujukan 33 kasus tidak layak direferensikan.
Kesimpulan: Ada 75,7% kasus yang merujuk pada rujukan yang layak oleh bidan PONED dan 24,3% kasus rujukan tidak layak direferensikan.
Kata kunci: Kelayakan rujukan, persalinan ibu, bidan, puskesmas pon
Penulis Biografi
Rumita Ena Sari
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
3. Kehamilan menekan nyeri neuropatik yang disebabkan oleh cedera penyempitan kronis pada tikus melalui penghambatan TNF-α.
Onodera Y1, Kanao-Kanda M1, Kanda H1, Sasakawa T1, Iwasaki H1, Kunisawa T1.
Informasi penulis
Abstrak
TUJUAN:
Analgesia yang diinduksi kehamilan berkembang selama akhir kehamilan, namun tidak jelas apakah analgesia ini efektif melawan nyeri neuropatik. Mekanisme molekuler rinci yang mendasari analgesia yang diinduksi kehamilan belum diselidiki. Kami memeriksa efek antinociceptive analgesia yang diinduksi kehamilan pada model nyeri neuropati dan ekspresi faktor nekrosis tumor (TNF) -α, protein asam fibriler glial (GFAP), Iba-1, dan c-Fos di tanduk dorsal spinalis saja. Sebelum parturisi
BAHAN DAN METODE:
Tikus betina Sprague Dawley (200-250 g) secara acak ditugaskan ke salah satu dari empat kelompok (hamil + cedera penyempitan kronis [CCI]; luka hamil + luka bakar; tidak hamil + CCI; dan tidak hamil + luka bakar palsu). Kelompok terpisah digunakan untuk analisis perilaku dan jaringan. CCI nervus skiin kiri mengalami pembedahan 3 hari setelah mengkonfirmasikan kehamilan pada kelompok kehamilan atau pada hari ke 3 pada kelompok yang tidak hamil. Saraf tulang belakang diekstraksi 18 hari setelah CCI. Tingkat ekspresi TNF-α, GFAP, Iba-1, dan c-Fos di tanduk duri tulang belakang diukur dengan analisis Western blot. Ambang mekanis diuji dengan menggunakan filamen von Frey.
HASIL:
Ambang batas mekanis yang diinduksi oleh CCI dilemahkan secara signifikan dalam 1 hari sebelum parturisi dan menurun setelah melahirkan. Ekspresi TNF-α pada tikus CCI menurun dalam waktu 1 hari sebelum partus. Ekspresi GFAP, Iba-1, dan c-Fos di tanduk duri belakang berkurang pada tikus hamil. Serum TNF-α di semua kelompok berada di bawah batas terukur.
KESIMPULAN:
Temuan kami menunjukkan bahwa analgesia yang diinduksi kehamilan menekan nyeri neuropatik melalui penurunan tingkat tulang belakang TNF-α, GFAP, Iba-1, dan c-Fos dalam model tikus CCI.
KATA KUNCI:
TNF-α; Sel glial; Nyeri neuropatik; Analgesia yang diinduksi kehamilan
4. Intervensi uji coba antenatal: tinjauan pelingkupan sistematis dan pengembangan taksonomi model perawatan.
Symon A1, Pringle J2, Downe S3, Hundley V4, Lee E5, Lynn F6, McFadden A5, McNeill J6, Renfrew MJ5, Ross-Davie M7, van Teijlingen E4, Whitford H5, Alderdice F6.
Informasi penulis
Abstrak
LATAR BELAKANG:
Model perawatan antenatal sangat bervariasi di seluruh dunia, yang mencerminkan konteks lokal, supir dan sumber daya. Uji coba terkontrol acak (RCT) telah menguji dampak intervensi antenatal multi komponen pada pemberian layanan dan hasil di banyak negara sejak tahun 1980an. Beberapa telah menerapkan skema yang sama sekali baru, sementara yang lain telah memodifikasi pendekatan pemberian perawatan yang ada. Tinjauan sistematis (SR) menunjukkan bahwa beberapa intervensi antenatal spesifik lebih efektif daripada yang lain; Namun mekanisme kausal yang mengarah ke hasil yang lebih baik kurang dipahami, membatasi pelaksanaan dan penelitian masa depan. Sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi apa yang mungkin membuat perbedaan, kami melakukan tinjauan menyeluruh terhadap intervensi yang diuji di RCT untuk menetapkan taksonomi model perawatan antenatal.
METODE:
Pencarian sistematis berbasis protokol dilakukan terhadap database untuk RCT dan SR yang melaporkan intervensi perawatan antenatal. Hasil tidak dibatasi oleh waktu atau lokasi, namun terbatas pada bahasa Inggris. Karakteristik utama dari kedua intervensi eksperimental dan kontrol dalam uji coba disertakan dipetakan dengan menggunakan kriteria SPIO (Studi Desain, Populasi; Intervensi; Hasil) dan intervensi dan langkah-langkah hasil utama dijelaskan. Kesamaan dan perbedaan antara komponen yang diuji dalam setiap penelitian diidentifikasi melalui konsensus, menghasilkan deskripsi lengkap tentang model emergen untuk intervensi perawatan antenatal.
HASIL:
Dari 13.050 artikel yang diambil, kami mengidentifikasi 153 artikel yang memenuhi syarat termasuk 130 RCT di 34 negara. Intervensi yang diuji dalam uji coba ini bervariasi dari jumlah kunjungan ke lokasi asuhan keperawatan, dan dari konten perawatan ke kelompok profesional / awam yang memberikan perawatan tersebut. Pada sebagian besar penelitian, intervensi dan kontrol tidak dijelaskan dengan baik. Analisis kami tentang uji coba intervensi antenatal yang diidentifikasi menghasilkan taksonomi berikut: Model penyediaan universal (untuk semua wanita terlepas dari keadaan atau komplikasi kesehatan); Model penyediaan berbasis 'risiko rendah' yang dibatasi (pendekatan kunjungan yang dipimpin oleh kebidanan atau pendekatan yang fleksibel / fleksibel untuk wanita sehat); Model penetapan anjuran (asuhan antenatal seperti dalam ketentuan Universal di atas namun ditambah dengan intervensi klinis, pendidikan atau perilaku); Model ketentuan berbasis 'berisiko tinggi' (untuk wanita dengan faktor risiko klinis atau sosio-demografis yang ditentukan). Kategori pertama paling umum diuji di negara-negara berpenghasilan rendah (yaitu miskin sumber daya), terutama di Asia. Kategori lainnya diuji di seluruh dunia. Uji coba mencakup berbagai penyedia layanan, termasuk bidan, perawat, dokter, dan pekerja awam.
KESIMPULAN:
Intervensi dapat didefinisikan dan dijelaskan dengan berbagai cara. Kelompok populasi perawatan antenatal yang dimaksud membuktikan cara paling sederhana dan paling relevan secara klinis untuk membedakan uji coba yang mungkin dikategorikan bersama. Karena tinjauan kami mengecualikan intervensi non-percobaan, taksonomi tidak mewakili ketentuan perawatan antenatal di seluruh dunia. Ini menawarkan pendekatan yang stabil dan dapat direproduksi untuk menggambarkan tujuan dan isi model perawatan antenatal yang telah diuji dalam percobaan. Ini menyoroti kurangnya rincian yang dilaporkan tentang intervensi percobaan dan proses perawatan biasa. Ini memberikan dasar untuk pekerjaan masa depan untuk memeriksa dan menguji karakteristik penting dari model yang paling efektif, dan juga dapat membantu pengambil keputusan dan perencana layanan dalam merencanakan pelaksanaannya.
KATA KUNCI:
Perawatan antenatal; Penelitian layanan kesehatan; Model perawatan; Kehamilan; Hasil kehamilan; Perawatan prenatal; Uji coba terkontrol secara acak; Tinjauan sistematis; Taksonomi
5. Penentu penggunaan fasilitas kesehatan untuk persalinan di daerah pedesaan Hadiya, Etiopia Selatan.
Asseffa NA1, Bukola F2, Ayodele A2.
Informasi penulis
Abstrak
LATAR BELAKANG:
Kematian ibu tetap menjadi perhatian utama masyarakat global meskipun ada banyak upaya internasional. Pembinaan berbasis fasilitas meningkatkan akses terhadap layanan ketrampilan ketrampilan terampil dan perawatan darurat obstetrik karena sebagian besar komplikasi obstetrik terjadi saat persalinan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi penyampaian fasilitas dan menilai faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk persalinan.
METODE:
Sebuah penelitian cross-sectional dilakukan di dua distrik pedesaan di zona Hadiya, Ethiopia selatan. Peserta yang dikirim dalam tiga tahun survei dipilih dengan stratified random sampling. Pewawancara terlatih memberikan kuesioner semi terstruktur yang telah teruji sebelumnya. Kami menggunakan analisis bivariat dan regresi logistik untuk mengidentifikasi faktor penentu pengiriman berbasis fasilitas.
HASIL:
Data dari 751 peserta menunjukkan bahwa 26,9% persalinan dihadiri di fasilitas kesehatan. Dalam analisis bivariat, usia ibu, pendidikan, tingkat pendidikan suami, kepemilikan radio, perawatan antenatal, tempat ANC baru-baru ini hadir, rencana kehamilan, kuintil kekayaan, paritas, kesiapan persalinan dan kesiapan komplikasi, menjadi model keluarga dan jarak dari tempat terdekat. Fasilitas kesehatan dikaitkan dengan pemberian fasilitas. Pada regresi logistik berganda, usia, status pendidikan, perawatan antenatal, jarak dari fasilitas kesehatan terdekat, kuintil kekayaan, menjadi model keluarga, rencana kehamilan dan tempat ANC baru-baru ini adalah faktor penentu kelahiran berbasis fasilitas.
KESIMPULAN:
Upaya untuk meningkatkan pengiriman kelembagaan di wilayah ini harus memperkuat inisiatif yang mendorong pendidikan perempuan, peluang penciptaan kekayaan, pemberdayaan perempuan dan peningkatan pengambilan keluarga berencana antara lain. Hambatan terkait layanan dan pengaruh budaya pada penggunaan fasilitas kesehatan untuk persalinan memerlukan evaluasi lebih lanjut.
KATA KUNCI:
Bersalin berbasis fasilitas; Zona hadiya; Pengiriman institusional; Tempat persalinan
a. Simpulan
Persalinan merupakan proses alami yang berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam dan membahayakan ibu dan bayi. sehingga persalinan memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas memadai.
b. Saran
Mengancan pentingnya keselamatan pada ibu dan janin, disarankan agar setiap ibu bersalin dilakukan oleh tenaga kesehatan guna untuk mencegah terjadinya ancaman ada ibu dan janin.