Minggu, 21 Mei 2017

Tujuan Asuhan Persalinan Normal

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pertolongan persalinan, tenaga kesehatan di tuntut untuk mampu memberikan asuhan persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Tujuan Asuhan Persalinan Normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal harus merupakan dasar dalam melakukan asuhan kepada semua ibu selama proses persalinan dan setelah bayi lahir, yang harus mampu dilakukan oleh setiap penolong persalinan di manapun peristiwa tersebut terjadi (Depkes, 2004).
Fokus utama Asuhan Persalinan Normal adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi, menjadi mencegah komplikasi yang mungkin muncul. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian ini sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir, karena sebagian besar persalinan di Indonesia masih terjadi ditingkat pelayanan primer di mana tingkat keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih belum memadai. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Jika semua tenaga penolong persalinan dilatih agar mampu untuk mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi, menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik sebelum atau saat masalah terjadi, dan segera melakukan rujukan saat kondisi ibu masih optimal, maka para ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian (Depkes, 2004)
B. Tujuan Asuhan Persalinan
    1. Mengidentifikasi persalinan normal
    2. Mengetahui proses melahirkan/persalinan
    3. Mengetahui tahap-tahap proses kelahiran normal.
C. Manfaat
   1). Untuk mengetahui apa pengertian dari tujuan asuhan persalinan?
   2). Apasajakah tujuan dari asuhan persalinan?
   3). Manfaat asuhan persalinan bagi ibu?
   4). Manfaat asuhan persalinan bagi bidan?


2. LANDASAN TEORI

Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan pada persalinan normal secara umum adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang berintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa upaya asuhan persalinan normal harus di dukung oleh adanya alasan yang kuat dan berbagai bukti yang dapat menunjukkan adanaya manfaat apabila di aplikasikan pada setiap proses persalinan :
Tujuan asuhan pada persalinan yang lebih spesifik adalah :
1.    Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan bayi.
2.    Melindungi keselamatan ibu dan bayi baru lahir (BBL),mulai dari hamil hingga bayi selamat.
3.    Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi secara tepat waktu.
4.    Memberi dukungan serta cepat bereaksi terhadap kebutuhan ibu, pasangan dan keluarganya selama persalinan dan kelahiran bayi.

3. Contoh Jurnal

 1. Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012

STUDI DESKRIPTIF PENDAMPINGAN DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PENGURANGAN RASA NYERI PADA IBU BERSALIN KALA I DI RS PANTI WILASA CITARUM SEMARANG

Ruri Astuti Dr. Bagoes Widjanarko, MPH, MA Hanna Yuanita Dana Santoso, MMID 

Abstract

Background:
 While entering the time of delivery, a mother usually overwhelmed by feelings of fear, worry, or anxiety, especially in primiparous mothers. Those feelings can increase the pain, the muscles become tense, and mother become tired quickly, which in turn inhibits the delivery process. Supportive care during labor means to be active and participate in ongoing activities. Support in labor may be provided by midwives and the people arround the mother. The presence of continuous mentoring has several benefits: 1) Reduce forceps, vacuum, or sectio Caesaria during labor, 2) Reduce Apgar score <7, 3) The duration of labor is becoming increasingly shorter, 4) Greater maternal satisfaction in experience of childbirth
 Aim (s) : This study aimed to find a desciptive of husbands’s in support in reducing maternal pain, as well as maternal responses to the reduction of pain.
 Method : This study used a cross sectional approach. The sampling method used in this study was accidental sampling. Accidental sampling was done by husband who where at the place by accident. Result : The study found that most respondents in the category of middle adulthood was 90%. Number of respondents were 55% primiparous and 55% multipara. Respondents studying Senior High School were 55% and 45% college educated. Respondents who worked 55%. Husbands who accompanied and supported againts pain of labor reducing were 100% of respondents with an average of 9-12 treatments provided. Respondents felt comfortable with the threatment of their husbands. Respondent said that there was a reducing pain, many support, and got more energy. All respondents agreed that there was a pain of labor reducing with the supports of their husbands. The support which most helpful to reducing pain was massaging the back as much as 55% Conclusion :The study found that 100% or 20 respondents gave a husbands’s support towards the reduction of pain and 100% or 20 respondents said that the reduction of pain and the respondents felt comfortable with pain of labor reducing the support and threatment of husbands.

 Keywords
Pain of Labor Bibliography : 28 books Descriptions : Researcher, Leader I, Leader III

Kerangka Pemikiran 
Persalinan dan kelahiran adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan diluar rahim bagi bayi baru lahir. Pada proses persalinan dibagi dalam empat kala atau fase. Fase persalinan aktif ada tiga kala yaitu kala I, kala II, dan kala III. Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Peran penting dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong saat proses persalinan. 
Terdapat lima kebutuhan dasar bagi wanita yang sedang mengalami proses persalinan. Lima kebutuhan dasar tersebut adalah: 
a.Asuhan fisik dan psikologis, 
b.Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus, 
c.Pengurangan rasa sakit, 
d.Penerimaan atas sikap dan perilakunya. 
e.Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman. 
Pada saat memasuki masa persalinan, seorang ibu akan diliputi perasaan takut, khawatir, atau kecemasan, terutama pada ibu primipara. Perasaan takut bisa meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang, dan ibu menjadi cepat lelah, yang pada akhirnya menghambat proses persalinan. Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan turut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Apabila bidan dalam keadaan sibuk, dukungan dalam persalinan dapat diberikan oleh orang-orang terdekat pada ibu. Kehadiran pendampingan secara terus menerus memiliki manfaat: 
1). Kelahiran dengan tindakan (forceps, vacuum, maupun sectio caesaria) menjadi berkurang,
2). APGAR skor <7 berkurang, 
3). Lamanya persalinan menjadi semakin pendek, 4)Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman melahirkan mereka. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Kondisi emosional ibu menjelang persalinan sangat labil. Kegelisahan dan ketidaknyamanan ibu mencapai puncaknya. Kehadiran seorang pendamping akan memberikan kontribusi yang baik dalam proses persalinan. Dukungan yang diberikan seorang pendamping akan memberikan rasa nyaman kepada ibu. Bidan atau tenaga kesehatan lain hanya memfasilitasi pendamping persalinan dan ibu, agar persalinan dapat berjalan lancar. Kehadiran seorang pendamping persalinan khususnya suami memberikan sedikitnya tiga peran terhadap proses persalinan ibu. Peran yang pertama adalah sebagai pelatih, di mana seorang suami mendampingi dan membantu ibu selama dan sesudah kontraksi persalinan. Peran yang kedua adalah sebagai teman satu tim yang membantu memenuhi kebutuhan yang diharapkan ibu, seperti kebutuhan dukungan fisik dan psikologis. Peran yang ketiga adalah sebagai saksi, maksudnya suami menjadi saksi proses persalinan ibu sampai kelahiran bayi.  Manfaat dari pendampingan suami selama proses persalinan antara lain adalah: 
1)Memberi rasa tenang dan menguatkan psikis bagi ibu, karena suami adalah orang terdekat yang dapat memberikan rasa aman dan tenang yang diharapkan ibu saat bersalin. Di tengah kondisi yang tidak nyaman, ibu memerlukan pegangan, dukungan, dan semangat untuk mengurangi kecemasan dan ketakutannya,
2)Menambah kedekatan emosi suami-istri, karena suami akan melihat sendiri perjuangan hidup dan mati ibu saat melahirkan anak mereka, sehingga membuatnya semakin sayang kepada istrinya, 3)Suami selalu ada saat dibutuhkan, 4)Menumbuhkan naluri kebapakan dalam diri suami ibu, 5)Suami akan lebih menghargai istri dan menjaga perilakunya terhadap istri, setelah melihat pengorbanan istri saat persalinan. 

Metode Penelitian
 Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu dukungan suami terhadap pengurangan rasa nyeri ibu bersalin pada kala I. Variabel penunjang lain yang mendukung dukungan suami adalah pendidikan suami dan pekerjaan suami, serta karakteristik dari ibu yaitu umur, paritas, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan respon ibu terhadap dukungan suami. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan, dan laporan. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara cross sectional. Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin spontan di Ruang Bersalin RS Panti Wilasa Citarum Semarang sejumlah 52 ibu. Sampel Sampel dari penelitian ini adalah ibu bersalin spontan yang ditemani suami di Ruang Bersalin RS Panti Wilasa Citarum Semarang sejumlah 20 ibu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental sampling. Pengambilan sampel secara accidental dilakukan dengan kasus atau responden yang kebetulan ada. Data Primer didapat melalui observasi atau pengamatan langsung dengan checklist dan wawancara terhadap responden setelah bersalin. Data sekunder pada penelitian ini berasal dari data rekam medik pasien. Kuesioner digunakan sebagai lembar pernyataan ibu atau lembar identitas ibu dan sebagai acuan untuk wawancara yang dilakukan terhadap ibu pasca bersalin untuk mengetahui keadaan yang ibu alami saat bersalin terhadap perlakuan suami. Checklist digunakan untuk pengamatan perlakuan suami pada pengurangan rasa nyeri persalinan kala I dan respon ibu terhadap perlakuan suami. Data diolah dan dianalisis secara univariate yang dilakukan terhadap tiap variabel.  Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan proses berpikir induktif, artinya dalam pengujian hipotesishipotesis bertitik tolak dari data yang terkumpul kemudian disimpulkan. Analisis data pada penelitian ini menggunakan tabel yang bisa menjelaskan gambaran bentuk dukungan suami terhadap pengurangan rasa nyeri ibu bersalin pada kala I.

 Hasil Penelitian 
Jumlah responden yang masuk dalam golongan 21 tahun sampai kurang dari 35 tahun sebesar 18 responden, sedangkan golongan umur 35 tahun sampai kurang dari 45 tahun sebesar 2 responden. Sebagian besar responden yang peneliti ambil adalah golongan melahirkan dua sampai lima kali sebanyak 11 responden (55%), paling banyak melahirkan kedua dan ketiga kalinya kalinya. Jumlah ibu bersalin pertama kali adalah 9 responden (45%) dan ada satu responden yang melahirkan kelima kalinya. Tingkat pendidikan yang paling rendah adalah SMA atau SMK. Jumlah responden yang berpendidikan SMA atau SMK adalah 11 responden. Jumlah suami responden yang berpendidikan SMA atau SMK dengan akademi atau perguruan tinggi masing-masing 10 responden. Ibu tidak bekerja yaitu sejumlah 9 responden, karyawan swasta sejumlah 7 responden, PNS dan wiraswasta masing-masing sejumlah 2 responden. Hasil penelitian mengenai pekerjaan suami responden, didapatkan bahwa 16 suami responden berkerja sebagai karyawan swasta dan 4 suami responden bekerja sebagai wiraswasta. Dukungan suami yang diberikan kepada ibu bersalin kala I meliputi 13 tindakan. Tindakan tersebut antara lain adalah suami membelai rambut ibu, mengusap keringat ibu, suami mencium ibu, menggenggam tangan ibu, memijat punggung ibu, memberikan makan dan minum, membantu mengubah posisi ibu, menenangkan ibu dengan kata-kata penyemangat, suami mengkompres punggung ibu dengan air hangat atau air dingin, menceritakan hal-hal yang menyenangkan kepada ibu, memutarkan musik yang menenangkan ibu, menunjukkan gambar yang menangkan ibu, dan suami mendampingi ibu berjalanjalan. Secara umum sebagian besar melakukan beberapa perlakuan dan ada yang tidak melakukan beberapa perlakuan pengurangan rasa nyeri. Tabel. 2.1. Distribusi jumlah perlakuan suami pada responden Tindakan yang paling sering dilakukan oleh suami adalah suami membelai rambut ibu, mengusap keringat ibu, mencium ibu, suami menggenggam tangan ibu, memijat punggung ibu, memberikan makan dan minum, membantu mengubah posisi ibu, menenangkan ibu dengan kata-kata penyemangat, dan ada beberapa suami memutarkan ibu musik yang menenangkan. Tabel. 2.2. Distribusi berdasarkan dukungan suami Data dari hasil pengamatan dan wawancara ibu didapatkan bahwa semua ibu merasa nyaman dengan dukungan yang suami ibu berikan untuk mengurangi rasa nyeri ibu bersalin kala I. Jumlah respon yang didapatkan antara lain; ibu tertidur dengan adanya dukunguan suami adalah 19 responden, ibu yang menangis dan berteriak kesakitan masing-masing adalah 1 responden. Semua responden merasa nyaman dengan dukungan suami dengan alasan bahwa dengan dukungan Jumlah Perlakuan Frekuensi 10 7 (35%) 11 2 (10%) 8 3 (15%) 9 8 (40%) 20 (100%) No Dukungan Frekuensi 1 Membelai 20 (100%) 2 Mengusap keringat 19 (95%) 3 Memijat 18 (90%) 4 Menggenggam tangan 20 (100%) 5 Mencium 17 (85%) 6 Memberi makan dan minum 20 (100%) 7 Mengganti posisi 20 (100%) 8 Memberi semangat 19 (95%) 9 Mengkompres punggung 0 (0%) 10 Menceritakan hal menyenangkan 5 (25%) 11 Memutarkan musik 4 (20%) 12 Melihatkan gambar 0 (0%) 13 Mendampingi berjalan-jalan 6 (30%) suami ibu merasa tidak sendiri, mempunyai semangat dan tenaga yang lebih, dan ada yang memperhatikan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 20 ibu bersalin, Semua responden mengatakan ada pengurangan rasa nyeri saat suami memberikan dukungan. Perlakuan yang menurut ibu memberikan pengaruh yang besar terhadap pengurangan rasa nyeri ibu bersalin kala I adalah memijat punggung ibu, suami membelai rambut ibu, dan suami menggenggam tangan ibu. Tabel. 2.3 Distribusi perlakuan suami yang membantu mengurangi rasa nyeri responden Pembahasan Jenis dukungan yang suami berikan sesuai dengan teori penatalaksanaan non farmakologik pengurangan rasa nyeri di buku Keperawatan Maternitas dengan penulis Bobak, Lowdermilk, dan Jensen mengenai pendekatan yang dilakukan suami untuk mengurangi rasa nyeri ibu bersalin serta buku Hipnostetri, Rileks, Nyaman, dan Aman saat Hamil dan Melahirkan dengan penulis Yessy Aprilia. Jumlah dukungan yang diberikan berbeda pada masing-masing responden. Sebagian besar suami responden memberikan 9 sampai 11 perlakuan kepada respoden dari total 13 perlakuan yang mungkin muncul. Tindakan membelai memberikan ketenangan responden dalam menghadapi persalinan memiliki makna bahwa suami setia mendampingi responden dan menerima atas sikap reponden. Tindakan memberikan makanan dan minuman memberikan suplai energi kepada responden, selain kebutuhan akan nutrisi dan cairan selama persalinan kala I terpenuhi. Penelitian yang dilakukan oleh Tatik Indrawati dengan judul Metode Pengurangan Rasa Nyeri pada Kala I Persalinan Normal dan Efeknya di BPS Kota Semarang mengatakan bahwa mengganti posisi responden dalam persalinan memiliki efek pengurangan rasa nyeri bersalin. Dukungan suami yang tidak pernah dilakukan terhadap 20 responden adalah bentuk dukungan memperlihatkan gambargambar yang membuat ibu tenang dan mengkompres punggung ibu. Sebagian besar responden mengatakan belum tahu mengenai beberapa teknik pengurangan rasa nyeri. Sementara hanya tiga responden yang pernah membaca buku mengenai teknik pengurangan rasa nyeri ibu bersalin. Hasil wawancara yang dilakukan kepada responden menunjukkan bahwa responden merasa nyaman dan ada energi lebih ketika dukungan suami diberikan. Responden merasa tidak sendiri ketika bersalin karena ada yang memperhatikan dan memberikan semangat. Marie Mongan dalam buku Metode Melahirkan Secara Aman, Mudah, dan Nyaman menuliskan bahwa rasa sakit melahirkan adalah mitos. Ia membuktikan bahwa sakit melahirkan tidak akan terjadi jika ibu tidak memiliki rasa takut, dan menyambut prosesnya dengan kenikmatan. Menurut teori di buku Perlakuan Suami Frekuensi Membelai 6 (30%) Menggenggam tangan 3 (15%) Memijat punggung 11 (55%) 20 (100%) Keperawatan Maternitas dan buku Hipnostetri, Rileks, Nyaman, dan Aman saat Hamil dan Melahirkan, pengurangan rasa nyeri ibu bersalin dapat diatasi dengan pendekatan secara nonfarmakologik. Salah satu pendekatan tersebut dengan adanya dukungan dan pendampingan suami guna mengurangi rasa nyeri ibu bersalin. Hasil wawancara yang telah dilakukan penulis terhadap responden ibu bersalin kala I didapatkan bahwa dukungan suami yang memberikan pengaruh yang besar terhadap pengurangan rasa nyeri ibu adalah saat suami memijat punggung ibu. Ibu merasa dengan pijatan yang dilakukan suami, rasa nyeri menurun dan ibu merasa ada tambahan tenaga semangat dalam menjalani proses persalinannya. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rini Hariani Ratih dengan judul “Pengaruh Metode Massage terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri pada Persalinan kala I di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan” yang menyatakan bahwa ada perbedaan intensitas nyeri saat sebelum dilakukan pemijatan dengan yang sudah dilakukan pemijatan, setelah dilakukan pemijatan, intensitas nyeri berkurang. Selain adanya pengurangan rasa nyeri, ibu merasa nyaman dengan pendampingan dan dukungan suami yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Tatik Indrawati dengan judul Metode Pengurangan Rasa Nyeri pada Kala I Persalinan Normal dan Efeknya di BPS Kota Semarang, sebagian besar alasan ibu menyatakan nyaman dengan tindakan suami adalah karena ibu merasa tidak sendiri, ada semangat dan dukungan untuk berjuang, ibu tidak cemas dalam menghadapi proses persalinannya.

 Kesimpulan 
1. Umur responden sebagian besar masuk dalam kategori dewasa madya dan masa reproduksi yaitu sebesar 90%. 
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa 45% merupakan primipara dan 55% merupakan multipara. 
3. Tingkat Pendidikan responden sebagian besar adalah SMA/SMK sebesar 55% dan 45% berpendidikan akademi/perguruan tinggi. Suami responden 50% berpendidikan SMA/SMK dan sebagian adalah akademi/perguruan tinggi. 
4. Sebagian besar responden tidak bekerja, yaitu sebesar 55% dan sisanya bekerja. Suami responden 100% bekerja. 
5. Semua suami responden menemani dengan memberikan dukungan serta semangat. Besar persentase pendampingan suami yang memberikan dukungan adalah 100%. Bentuk dukungan yang paling sering diberikan meliputi suami membelai rambut ibu, memberikan ibu makan dan minum, membantu ibu mengganti posisi. 
6. Berdasarkanhasil pengamatan, suami memberikan 9-11 perlakuan kepada ibu yang membantu mengurangi rasa nyeri saat bersalin. 
7. Ibu merasakan nyaman dengan dukungan yang diberikan oleh suami. Alasan ibu merasa nyaman dengan dukungan suami adalah ibu merasa tidak sendiri dalam menghadapi persalinannya, ibu ada tambahan energi dari dukungan yang diberikan, dan ibu lebih semangat. Sebagian besar respon ibu terhadap dukungan suami adalah ibu bisa tertidur. 
8. Semua responden merasakan ada pengurangan rasa nyeri saat suami memberikan dukungan. Bentuk dukungan yang memberikan pengaruh besar dengan terhadap pengurangan rasa nyeri ibu bersalin adalah saat suami memijat punggung ibu, dengan persentase sebesar 55%. 

Saran :
1. Bagi Suami Suami diharapkan mendampingi dan mendukung ibu saat bersalin, disamping dukungan moral yang diberikan, pendampingan dan dukungan suami memiliki peran besar terhadap pengurangan rasa nyeri ibu bersalin. 
2. Bagi Tenaga Kesehatan Asuhan yang diberikan kepada ibu bersalin hendaknya lebih ditingkatkan lagi, terkhusus mengikutsertakan pendampingan suami, supaya ibu lebih semangat dan tidak khawatir dalam menghadapi proses persalinannya. Pendampingan dan dukungan suami juga sesuai dengan Asuhan Sayang Ibu Bersalin yang bertujuan untuk menekan angka mortalitas dan mordibitas ibu bersalin. 
3. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini banyak kekurangan, saya berharap peneliti lain yang akan mengambil penelitian dengan pokok bahasan pengurangan rasa nyeri ibu bersalin dapat menghubungkan berbagai teknik pengurangan rasa nyeri ibu bersalin dengan efek yang dirasakan. Penelitian dapat dilakukan dengan metode eksperimental.


Daftar Pustaka
PrawirohardjoS. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2009. Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012
Sulistyaningsih.Metodologi penelitian kebidanan kuantitatifkualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu;2011. 
Tatik I. Metode pengurangan rasa nyeri pada kala I persalinan normal dan efeknya di BPS Kota Semarang. [Diakses tanggal 29 Mei 2012]. Didapat dari: http://jurnal.abdihusada.com/index .php/jdk/article/view/5/5. 


 2. Analisis Kelayakan Rujukan Persalinan Oleh Bidan Puskesmas PONED Di RSUD Pirngadi Medan 2012
                               
Rumita Ena Sari

ABSTRAK

Latar Belakang: Kelayakan rujukan oleh bidan PONED harus dipelajari. Kelayakan rujukan mengantarkan ibu yang mengindikasikan keadaan darurat medis oleh bidan. Kelayakan rujukan harus sesuai antara Puskesmas PONED dan Diagnostik Rumah Sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan rujukan oleh bidan PONED di Rumah Sakit Pirngadi Medan tahun 2012.

Metoda: Ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua kasus rujukan yang dirujuk ke Rumah Sakit Pirngadi sebanyak 136 kasus dan dilengkapi informasi dari 17 bidan di 6 Puskesmas PONED, dan menggunakan pendapat obgyn. Data menggunakan kuesioner, daftar periksa, dan rekam medik.

Hasilnya: Ada 106 kasus rujukan yang dimaksud dan rujukan 33 kasus tidak layak direferensikan.

Kesimpulan: Ada 75,7% kasus yang merujuk pada rujukan yang layak oleh bidan PONED dan 24,3% kasus rujukan tidak layak direferensikan.


Kata kunci: Kelayakan rujukan, persalinan ibu, bidan, puskesmas pon

Penulis Biografi


Rumita Ena Sari

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi   


3.  Kehamilan menekan nyeri neuropatik yang disebabkan oleh cedera penyempitan kronis pada tikus melalui penghambatan TNF-α.
Onodera Y1, Kanao-Kanda M1, Kanda H1, Sasakawa T1, Iwasaki H1, Kunisawa T1. Informasi penulis Abstrak TUJUAN: Analgesia yang diinduksi kehamilan berkembang selama akhir kehamilan, namun tidak jelas apakah analgesia ini efektif melawan nyeri neuropatik. Mekanisme molekuler rinci yang mendasari analgesia yang diinduksi kehamilan belum diselidiki. Kami memeriksa efek antinociceptive analgesia yang diinduksi kehamilan pada model nyeri neuropati dan ekspresi faktor nekrosis tumor (TNF) -α, protein asam fibriler glial (GFAP), Iba-1, dan c-Fos di tanduk dorsal spinalis saja. Sebelum parturisi BAHAN DAN METODE: Tikus betina Sprague Dawley (200-250 g) secara acak ditugaskan ke salah satu dari empat kelompok (hamil + cedera penyempitan kronis [CCI]; luka hamil + luka bakar; tidak hamil + CCI; dan tidak hamil + luka bakar palsu). Kelompok terpisah digunakan untuk analisis perilaku dan jaringan. CCI nervus skiin kiri mengalami pembedahan 3 hari setelah mengkonfirmasikan kehamilan pada kelompok kehamilan atau pada hari ke 3 pada kelompok yang tidak hamil. Saraf tulang belakang diekstraksi 18 hari setelah CCI. Tingkat ekspresi TNF-α, GFAP, Iba-1, dan c-Fos di tanduk duri tulang belakang diukur dengan analisis Western blot. Ambang mekanis diuji dengan menggunakan filamen von Frey. HASIL: Ambang batas mekanis yang diinduksi oleh CCI dilemahkan secara signifikan dalam 1 hari sebelum parturisi dan menurun setelah melahirkan. Ekspresi TNF-α pada tikus CCI menurun dalam waktu 1 hari sebelum partus. Ekspresi GFAP, Iba-1, dan c-Fos di tanduk duri belakang berkurang pada tikus hamil. Serum TNF-α di semua kelompok berada di bawah batas terukur. KESIMPULAN: Temuan kami menunjukkan bahwa analgesia yang diinduksi kehamilan menekan nyeri neuropatik melalui penurunan tingkat tulang belakang TNF-α, GFAP, Iba-1, dan c-Fos dalam model tikus CCI. KATA KUNCI: 
TNF-α; Sel glial; Nyeri neuropatik; Analgesia yang diinduksi kehamilan    

4. Intervensi uji coba antenatal: tinjauan pelingkupan sistematis dan pengembangan taksonomi model perawatan.

Symon A1, Pringle J2, Downe S3, Hundley V4, Lee E5, Lynn F6, McFadden A5, McNeill J6, Renfrew MJ5, Ross-Davie M7, van Teijlingen E4, Whitford H5, Alderdice F6.
Informasi penulis
Abstrak
LATAR BELAKANG:
Model perawatan antenatal sangat bervariasi di seluruh dunia, yang mencerminkan konteks lokal, supir dan sumber daya. Uji coba terkontrol acak (RCT) telah menguji dampak intervensi antenatal multi komponen pada pemberian layanan dan hasil di banyak negara sejak tahun 1980an. Beberapa telah menerapkan skema yang sama sekali baru, sementara yang lain telah memodifikasi pendekatan pemberian perawatan yang ada. Tinjauan sistematis (SR) menunjukkan bahwa beberapa intervensi antenatal spesifik lebih efektif daripada yang lain; Namun mekanisme kausal yang mengarah ke hasil yang lebih baik kurang dipahami, membatasi pelaksanaan dan penelitian masa depan. Sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi apa yang mungkin membuat perbedaan, kami melakukan tinjauan menyeluruh terhadap intervensi yang diuji di RCT untuk menetapkan taksonomi model perawatan antenatal.
METODE:
Pencarian sistematis berbasis protokol dilakukan terhadap database untuk RCT dan SR yang melaporkan intervensi perawatan antenatal. Hasil tidak dibatasi oleh waktu atau lokasi, namun terbatas pada bahasa Inggris. Karakteristik utama dari kedua intervensi eksperimental dan kontrol dalam uji coba disertakan dipetakan dengan menggunakan kriteria SPIO (Studi Desain, Populasi; Intervensi; Hasil) dan intervensi dan langkah-langkah hasil utama dijelaskan. Kesamaan dan perbedaan antara komponen yang diuji dalam setiap penelitian diidentifikasi melalui konsensus, menghasilkan deskripsi lengkap tentang model emergen untuk intervensi perawatan antenatal.
HASIL:
Dari 13.050 artikel yang diambil, kami mengidentifikasi 153 artikel yang memenuhi syarat termasuk 130 RCT di 34 negara. Intervensi yang diuji dalam uji coba ini bervariasi dari jumlah kunjungan ke lokasi asuhan keperawatan, dan dari konten perawatan ke kelompok profesional / awam yang memberikan perawatan tersebut. Pada sebagian besar penelitian, intervensi dan kontrol tidak dijelaskan dengan baik. Analisis kami tentang uji coba intervensi antenatal yang diidentifikasi menghasilkan taksonomi berikut: Model penyediaan universal (untuk semua wanita terlepas dari keadaan atau komplikasi kesehatan); Model penyediaan berbasis 'risiko rendah' ​​yang dibatasi (pendekatan kunjungan yang dipimpin oleh kebidanan atau pendekatan yang fleksibel / fleksibel untuk wanita sehat); Model penetapan anjuran (asuhan antenatal seperti dalam ketentuan Universal di atas namun ditambah dengan intervensi klinis, pendidikan atau perilaku); Model ketentuan berbasis 'berisiko tinggi' (untuk wanita dengan faktor risiko klinis atau sosio-demografis yang ditentukan). Kategori pertama paling umum diuji di negara-negara berpenghasilan rendah (yaitu miskin sumber daya), terutama di Asia. Kategori lainnya diuji di seluruh dunia. Uji coba mencakup berbagai penyedia layanan, termasuk bidan, perawat, dokter, dan pekerja awam.
KESIMPULAN:
Intervensi dapat didefinisikan dan dijelaskan dengan berbagai cara. Kelompok populasi perawatan antenatal yang dimaksud membuktikan cara paling sederhana dan paling relevan secara klinis untuk membedakan uji coba yang mungkin dikategorikan bersama. Karena tinjauan kami mengecualikan intervensi non-percobaan, taksonomi tidak mewakili ketentuan perawatan antenatal di seluruh dunia. Ini menawarkan pendekatan yang stabil dan dapat direproduksi untuk menggambarkan tujuan dan isi model perawatan antenatal yang telah diuji dalam percobaan. Ini menyoroti kurangnya rincian yang dilaporkan tentang intervensi percobaan dan proses perawatan biasa. Ini memberikan dasar untuk pekerjaan masa depan untuk memeriksa dan menguji karakteristik penting dari model yang paling efektif, dan juga dapat membantu pengambil keputusan dan perencana layanan dalam merencanakan pelaksanaannya.
KATA KUNCI:
Perawatan antenatal; Penelitian layanan kesehatan; Model perawatan; Kehamilan; Hasil kehamilan; Perawatan prenatal; Uji coba terkontrol secara acak; Tinjauan sistematis; Taksonomi

5. Penentu penggunaan fasilitas kesehatan untuk persalinan di daerah pedesaan Hadiya, Etiopia Selatan.

Asseffa NA1, Bukola F2, Ayodele A2.
Informasi penulis
Abstrak
LATAR BELAKANG:
Kematian ibu tetap menjadi perhatian utama masyarakat global meskipun ada banyak upaya internasional. Pembinaan berbasis fasilitas meningkatkan akses terhadap layanan ketrampilan ketrampilan terampil dan perawatan darurat obstetrik karena sebagian besar komplikasi obstetrik terjadi saat persalinan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi penyampaian fasilitas dan menilai faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk persalinan.
METODE:
Sebuah penelitian cross-sectional dilakukan di dua distrik pedesaan di zona Hadiya, Ethiopia selatan. Peserta yang dikirim dalam tiga tahun survei dipilih dengan stratified random sampling. Pewawancara terlatih memberikan kuesioner semi terstruktur yang telah teruji sebelumnya. Kami menggunakan analisis bivariat dan regresi logistik untuk mengidentifikasi faktor penentu pengiriman berbasis fasilitas.
HASIL:
Data dari 751 peserta menunjukkan bahwa 26,9% persalinan dihadiri di fasilitas kesehatan. Dalam analisis bivariat, usia ibu, pendidikan, tingkat pendidikan suami, kepemilikan radio, perawatan antenatal, tempat ANC baru-baru ini hadir, rencana kehamilan, kuintil kekayaan, paritas, kesiapan persalinan dan kesiapan komplikasi, menjadi model keluarga dan jarak dari tempat terdekat. Fasilitas kesehatan dikaitkan dengan pemberian fasilitas. Pada regresi logistik berganda, usia, status pendidikan, perawatan antenatal, jarak dari fasilitas kesehatan terdekat, kuintil kekayaan, menjadi model keluarga, rencana kehamilan dan tempat ANC baru-baru ini adalah faktor penentu kelahiran berbasis fasilitas.
KESIMPULAN:
Upaya untuk meningkatkan pengiriman kelembagaan di wilayah ini harus memperkuat inisiatif yang mendorong pendidikan perempuan, peluang penciptaan kekayaan, pemberdayaan perempuan dan peningkatan pengambilan keluarga berencana antara lain. Hambatan terkait layanan dan pengaruh budaya pada penggunaan fasilitas kesehatan untuk persalinan memerlukan evaluasi lebih lanjut.
KATA KUNCI:
Bersalin berbasis fasilitas; Zona hadiya; Pengiriman institusional; Tempat persalinan


4. PENUTUP
   a. Simpulan
Persalinan merupakan proses alami yang berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam dan membahayakan ibu dan bayi. sehingga persalinan memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas memadai.
   b. Saran
Mengancan pentingnya keselamatan pada ibu dan janin, disarankan agar setiap ibu bersalin dilakukan oleh tenaga kesehatan guna untuk mencegah terjadinya ancaman ada ibu dan janin.


Referensi
http://www.ibudanbalita.net/info/jurnal-terbaru-2014-tentang-persalinan-pdf.html

Kamis, 29 September 2016

kepmenkes no 369 tahun 2007

NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007
TENTANG
STANDAR PROFESI BIDAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan,dipandang perlu menetapkan Standar Profesi bagi Bidan dengan Keputusan Menteri Kesehatan;

Mengingat :
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547);
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi Dan Praktik Bidan;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN.
Kedua : Standar Profesi Bidan dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Standar Profesi Bidan sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua agar digunakan sebagai pedoman bagi Bidan dalam menjalankan tugas profesinya.
Keempat : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Keputusan ini dengan mengikutsertakan organisasi profesi terkait, sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Maret 2007
MENTERI KESEHATAN,
Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP (K)
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR : 369/MENKES/SK/III/2007
TANGGAL : 27 Maret 2007

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan.
Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi. Pertama: yang laten yaitu kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat bebagai faktor termasuk pelayanan kesehatan yang relatif kurang baik.
Kedua ialah timbulnya penyakit degeneratif yaitu menopause dan kanker. Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global yang semakin ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia Indonesia yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus disiapkan sebaik mungkin secara terencana, terpadu dan berkesinambungan. Upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kesakitan dan kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input, proses dan output.

2. Tujuan
a. Menjamin pelayanan yang aman dan berkualitas.
b. Sebagai landasan untuk standarisasi dan perkembangan profesi.

3. Pengertian
a. Definisi bidan
Ikatan Bidan Indonesia telah menjadi anggota ICM sejak tahun 1956, dengan demikian seluruh kebijakan dan pengembangan profesi kebidanan di Indonesia merujuk dan mempertimbangkan kebijakan ICM.
Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional / Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
b. Pengertian Bidan Indonesia
Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-awab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan.
c. Kebidanan/Midwifery
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan  bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya.
d. Pelayanan Kebidanan (Midwifery Service)
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
e. Praktik Kebidanan
Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan.
f. Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
g. Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan Adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana.

4. Paradigma Kebidanan
Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang pada paradigma, berupa pandangan terhadap manusia / perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan / kebidanan dan keturunan.
a. Perempuan
Perempuan sebagimana halnya manusia adalah mahluk bio-psikososio- kultural yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang unik, dan bermacam-macam sesuai dengan tingkat perkembangan. Perempuan sebagai penerus generasi, sehingga keberadaan perempuan yang sehat jasmani, rohani, dan sosial sangat diperlukan. Perempuan sebagai sumber daya insani merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan/kondisi perempuan/Ibu dalam keluarga. Para perempuan di masyarakat adalah penggerak dan pelopor peningkatan
kesejahteraan keluarga.
b. Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial, biologis maupun budaya. Lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakat. Ibu selalu terlibat dalam interaksi keluarga, kelompok, komunitas, dan masyarakat.
Masyarakat merupakan kelompok paling penting dan kompleks yang telah dibentuk oleh manusia sebagai lingkungan sosial yang terdiri dari individu, keluarga dan komunitas yang mempunyai tujuan dan sistem nilai.
Perempuan merupakan bagian dari anggota keluarga dari unit komunitas. Keluarga yang dalam fungsinya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia berada. Keluarga dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan memberikan dukungan emosional kepada ibu sepanjang siklus kehidupannya. Keadaan sosial ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan lokasi tempat tinggal keluarga sangat menentukan derajat kesehatan reproduksi perempuan.
c. Perilaku
Perilaku merupakan hasil seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
d. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :
Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.
Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota timyang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/ fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
e. Keturunan
Keturunan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas manusia. Manusia yang sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat.

5. Falsafah Kebidanan
Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam memberikan asuhan. Keyakinan tersebut meliputi :
a. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan. Hamil dan bersalin merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit.
b. Keyakinan tentang Perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang unik mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh sebab itu perempuan harus berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan yang diterimanya.
c. Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan dan janin/bayinya.
d. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan. Perempuan harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling. Pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga dan pemberi asuhan.
e. Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada: pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan cara yang kreatif dan fleksibel, suportif, peduli; bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada perempuan; asuhan berkesinambungan, sesuai keinginan dan tidak otoriter serta menghormati pilihan perempuan.
f. Keyakinan tentang Kolaborasi dan Kemitraan. Praktik kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai satu kesatuan fisik, psikis,
emosional, sosial, budaya, spiritual serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
g. Sebagai Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang bidan menganut filosofis yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa semua manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama.
h. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup dan untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatannya.
i. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang berkualitas.
j. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa masa remaja.
k. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk masyarakat kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia. Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya dalam lingkungan yang bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisir.

6. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan asuhan sesuai dengan kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan, serta melaksanakan tindakan kegawat daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.

7. Kualifikasi Pendidikan
a. Lulusan pendidikan bidan sebelum tahun 2000 dan Diploma III kebidanan, merupakan bidan pelaksana, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan.
b. Lulusan pendidikan bidan setingkat Diploma IV / S1 merupakan bidan professional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan, pengelola, dan pendidik.
c. Lulusan pendidikan bidan setingkat S2 dan S3, merupakan bidan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan, pengelola, pendidik, peneliti, pengembang dan konsultan dalam pendidikan bidan maupun sistem/ ketatalaksanaan pelayanan kesehatan secara universal.

Kata Kunci
hukum kesehatan, pelayanan kebidanan, keluarga berencana, standar profesi bidan, kepmenkes 369, kepmenkes no 369 tahun 2007, kepmenkes ri no 369/menkes/sk/iii/2007, hukum dan undang-undang kesehatan, kepmenkes 900 tahun 2002, standar kompetensi bidan, hukum dan uu kesehatan, UU hukum kesehatan, kepmenkes 900, KEPMENKES NO 369/MENKES/SK/III/2007, undang-undang kebidanan, kepmenkes 369 tahun 2007, permenkes no 369 tahun 2007, permenkes 369 standar profesi bidan, undang undang kebidanan, permenkes 900, pp no 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan, kepmenkes no 369, permenkes 369, hukum-hukum kesehatan, permenkes no 900 tahun 2002.